PESAN PENYUSUN: Gunakan literatur ini untuk memperkaya karya ilmiah/makalah kamu sesuai dengan ketentuan ilmu ilmiah yang berlaku. JANGAN COPAS MURNI!
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Anak
didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat.
Belajar anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan guru dalam
proses interaksi edukatif. Dia juga bisa belajar mandiri tanpa harus menerima
pelajaran dari guru di sekolah. Bagi anak didik belajar seorang diri merupakan
kegiatan yang dominan, setelah pulang sekolah anak didik harus belajar di
rumah, mereka mungkin menyusun jadwal belajar pada malam, pagi dan sore hari,
demikian lah anak didik selalu belajar dengan jadwal belajar yang telah
diprogramkan.
Tokoh-tokoh
aliran behaviorisme beranggapan bahwa anak didik yang melakukan aktivitas
belajar seperti membaca buku, mendengarkan penjelasan guru, mengarahkan
pandangan kepada seorang guru yang menjelaskan di depan kelas, termasuk ke
dalam kategori belajar, mereka tidak melihat ke dalam fenomena psikologis anak
didik. Apakah anak didik menguasai buku yang telah di baca, apakah sudah
betul-betul menguasai dan mengerti penjelasan guru, bukanlah masalah bagi para
penganut aliran behaviorisme, yang penting bagi mereka, bila seorang telah
melakukan aktivitas belajar, itulah belajar, aliran ini berpegang pada realitas
yang terlihat dengan mata telanjang dengan mengabaikan proses mental dengan
segala perubahannya sebagai akibat dari aktivitas belajar tersebut. Karenanya,
anak didik selalu menjadi persoalan dalam proses pendidikan.
B. Rumusan
Masalah
Adalah
rumusan masalah dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:
1. Anak didik
dan proses belajar
2. setiap
anak didik berbeda
3. Belajar
berdasarkan prinsip tertentu
4. Guru
sebagai pribadi kunci
5. Guru
sebagai pengajar dan pendidik
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
penulisan dalam penyusunan karya tulis ini adalah :
1. Untuk
memenuhi tugas mata kuliah “Metode Pengajaran
2. Untuk
menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis dalam menyebarkan ilmu yang
sudah diperoleh baik disekolahan maupun diluar sekolah terutama tentang belajar
yang baik dan efektif.
3. Untuk
mengetahui manfaat dari belajar, serta peran guru dan murid dalam pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anak
Didik dan Proses Belajar
Anak
didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Di sekolah anak didik belajar
menurut gaya mereka masing-masing. Perilaku anak didik bermacam-macam dalam menerima
pelajaran dari guru, seorang anak didik dengan tekun dan penuh konsentrasi
menerima pelajaran dari guru atau mengerjakan tugas yang telah diberikan, anak
didik yang lain disela-sela penjelasan guru, mengambil kesempatan membicarakan
hal-hal lain yang terlepas dari masalah pelajaran, di waktu yang lain ada anak
didik yang duduk melamun yang terlepas dari pengamatan guru.Oleh karena itu,
dalam kegiatan belajar mengajar, permasalahan yang timbul dari perilaku anak
didik bermacam-macam ketika pelajaran sedang berlangsung di kelas.
B. Setiap
Anak Didik Berbeda
Kalau
persoalan perbedaan anak didik ini tidak mendapat empat dalam pendidikan
tradisional, maka dalam pendidikan modern masalah perbedaan individual anak ini
mendapatkan perhatian prioritas dengan memperhatikan perbedaan individual anak
ini diharapkan guru jangan lagi mengulangi kesalahan-kesalahan dalam menilai
anak didik sebagai pribadi. Kesalahan itu misalnya guru tidak mengindahkan
perbedaan individual dan mewujudkan pelajaran kepada anak-anak yang sedang,
terlampau banyak memperhatikan anak-anak yang bodoh atau yang pandai bagi
kesanggupan anak. (Witheington : 1986 : 128)
Perbedaan
individual anak didik cukup banyak, yang semuanya merupakan ciri dan
kepribadian anak didik sebagai individu. Suharismi Ari Kunto; 1990 : 3) melihat
kepribadian anak didik itu mencakup aspek jasmani, agama, intelektual, sosial,
etika, dan estetika. Semuanya sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Keenam aspek diatas kendati semuanya dimiliki oleh anak didik. Karenanya,
setiap anak didik punya keunikan sendiri-sendiri atas dasar keadaan yan
demikian secara ideal perlakuan terhadap anak didik harus berbeda seutuhnya.
Diakui
oleh Abu Ahmadi (1991:108) bahwa anak didik selain ada perbedaannya. Juga ada
persamannya, paling tidak ada beberapa persamaan dan perbedaan yang harus
mendapatkan perhatian seperti pada aspek kecerdasan (Inteligensi), kecakapan,
prestasi, bakat, sikap, kebiasaan, ciri-ciri jasmaniah, minat, cita-cita,
kebutuhan, kepribadian dan pola-pola dan tempo perkembangan serta latar
belakang lingkungan.
Kadar
daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran bervariasi dengan tingkat
keberhasilan mulai dari kurang, minimal, optimal dan maksimal. Hal ini sebagai
indikator bahwa penguasaan bahan pelajaran oleh anak didik bermacam-macam untuk
meminimalkan tingkat perbedaan yang ekstern ini, maka berikanlah waktu yang
bervariasi dalam belajar anak didik. Dengan begitu, setiap anak didik dapat
menguasai bahan pelajaran seluruhnya. Dan kesan ada anak pandai dan anak kurang
pandai dapat di netralisasi.
C. Belajar
Berdasarkan Prinsip Tertentu
Telah
dipahami bahwa belajar adalah berubah. Berubah berarti belajar, tidak berubah
berarti tidak belajar. Itulah sebabnya hakikat belajar adalah perubahan tetapi
tidak semua perubahan berarti belajar.
Setelah
melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan efisien tentu saja
diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan jalan ke
arah keberhasilan belajar. Oleh karena itulah, beberapa prinsip belajar berikut
ini perlu ditelaah dengan seksama untuk mendapatkan pengertian yang mendalam
sehingga dapat menerangkan ke dalam kegiatan belajar baik di rumah maupun di
sekolah.
1. Prinsip
Bertolak Dari Motivasi
Motivasi untuk belajar adalah penting dalam melakukan kegiatan
belajar. Motivasi merupakan pendorong yang dapat melahirkan kegiatan bagi
seseorang. Seseorang yang bersemangat untuk menyelesaikan suatu kegiatan karena
ada motivasi yang kuatir dalam dirinya. Motivasi sebagai suatu pendorong yang
mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk suatu kegiatan nyata untuk
mencapai tujuan tertentu.
Motivasi merupakan faktor menentukan dan berfungsi menimbulkan,
mendasari dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik
tidaknya dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin
besar kesuksesan, tampak gigih, tidak mau menyerah, giat belajar. Sebaliknya
mereka yang memotivasi lemah, tampak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak
tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas, sering meninggalkan pelajaran,
akibatnya banyak mengalami kesulitan belajar. Akhirnya, motivasi mempunyai arti
yang sangat penting dalam belajar. Fungsi motivasi yang terpenting adalah
sebagai pendorong timbulnya aktivitas, sebagai pengarah, dan sebagai penggerak
untuk melakukan suatu pekerjaan.
2. Prinsip
Pemusatan Perhatian
Dalam belajar di perlukan pemusatan perhatian. Tanpa ini perbuatan
belajar akan menghasilkan kesia-siaan. Ketidakmampuan seseorang berkonsentrasi
dalam belajar di sebabkan buyarnya perhatian terhadap suatu obyek. Hal inilah
yang tidak di inginkan oleh siapapun yang sedang belajar.
Cukup banyak orang yang mengeluh akibat tidak mampu memusatkan
perhatian, padahal bahan pelajaran yang harus di kuasai sangat banyak. Ingin
belajar ada gangguan. Kalaupun dapat berkonsentrasi hanyalah dalam waktu yang
relatif sangat sedikit. Tetapi hal ini masih untung, karena masih ada orang
lain yang tidak mampu memusatkan perhatian walaupun sebentar.
Kini perlu di sadari betapa penting pemusatan perhatian dalam
belajar. Tanpa pemusatan perhatian, motivasi yang besarpun tidak akan banyak
dapat berbuat untuk membantu mengatasinya. Akhirnya, konsentrasi (pemusatan
perhatian) adalah fungsi jiwa terhadap sesuatu masalah atau obyek dengan
mengosongkan pikiran dari hal-hal lain, yang di anggap mengganggu.
3. Prinsip
Pengambilan Pengertian Pokok
Belajar yang berhasil adalah ditandai tersimpan nya sejumlah kesan
didalam otak. Agar sebagian besar kesan-kesan itu dapat tersimpan didalam otak
adalah tidak mudah, seperti membalikkan telapak tangan. Pokok pikiran itu di
namakan “topik”, topik itulah yang di kembangkan menjadi sebuah paragraf.
Pengambilan pengertian pokok mempercepat penguasaan bahan yang telah di pelajari.
4. Prinsip
Pengulangan
belajar bukanlah proses dalam kehampaan, tetapi ber proses dengan
penuh makna, agar kesan-kesan itu mudah diangkat ke alam sadar diperlukan
frekuensi pengulangan dengan memanfaatkan kesan-kesan berupa ilmu pengetahuan
itu, sesering mungkin. Artinya ilmu pengetahuan yang di dapat dari hasil
belajar harus dimanfaatkan untuk menjawab berbagai permasalahan kehidupan.
Bukan membiarkan nya mengisi otak tanpa arti.
D. Guru
sebagai pribadi kunci
Secara
keseluruhan guru adalah figure yang menarik perhatian semua orang, entah dalam
keluarga, dalam masyarakat atau di sekolah. Tidak ada seorang pun yang tidak
mengenal figure guru. Hal ini di karenakan figure guru itu bermacam-macam.
Masyarakat
melihat guru sebagai figure yang kharismatik kemuliaan seorang guru tercermin
dari kepribadian sebagai manifestasi dari sikap dan perilaku dari kehidupan
sehari-hari. Oleh karena itu sedikit cela dan nista dari pribadi guru, maka
masyarakat akan mencaci habis-habisan dan hilanglah wibawa itu. Di sekolah,
figure guru merupakan pribadi kunci gurulah panutan utama bagi anak didik.
Semua sikap dan perilaku guru akan dilihat, di dengar, dan ditiru olah anak
didik.
Sebagai
pribadi yang selalu di gugu dan di tiru, tidaklah berlebihan bila anak didik
selalu mengharapkan figure guru yang senantiasa memperhatikan kepentingan
mereka. Figure guru yang selalu memperhatikan kepentingan anak didik biasanya
mendapatkan ekstra perhatian dari anak didik. Anak didik senang dengan sikap
dan perilaku yang baik yang di perlihatkan oleh guru. Seperti di kutip oleh
Syaiful Bahri Djamarah (1994:61), Frend W, Hart telah melakukan penelitian
terhadap 3,725 orang anak didik HIG HTS School di Amerika Serikat. Dari hasil
penelitiannya itu, dia menyimpulkan dengan mengemukakan 10 sikap yang baik dan
di senangi anak didik sebagai berikut :
1.
Sikap menolong pekerjaan sekolah
dan menerangkan pelajaran dengan jelas dan mendalam serta menggunakan
contoh-contoh yang baik dalam mengajar.
2.
Periang dan gembira
3.
Bersikap bersahabat, merasa
sebagai anggota dalam kelompok kelas
4.
Menaruh perhatian dan memahami
anak didiknya
5.
Berusaha agar pekerjaan menarik
6.
Tegas, sanggup menguasai kelas dan
dapat membangkitkan rasa hormat.
7.
Tidak ada yang lebih di senangi,
tak pilih kasih
8.
Tidak suka mengomel, mencela, dan
sarkastis.
9.
Anak didik benar-benar merasakan
bahwa ia mendapatkan sesuatu dari guru
10. Mempunyai
pribadi yang dapat diambil contoh dari pihak anak didik dan masyarakat
lingkungannya.
E. Guru
sebagai pengajar dan pendidik
Guru adalah
salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan. Unsur manusiawi lainnya
adalah anak didik. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan,
keduanya berada dalam proses interaksi edukatif dengan tugas dan peranan yang
berbeda. Guru yang mengajar dan mendidik dan anak didik yang belajar dengan
menerima bahan pelajaran dari guru di kelas. Oleh karena itu, walaupun mereka
berlainan secara fisik dan mental, tetapi mereka tetap seiring dan setujuan
untuk mencapai kebaikan akhlak, kebaikan moral, kebaikan hukum, kebaikan sosial
dan sebagainya.
Semua norma
tersebut di atas tidak akan pernah dimiliki oleh anak didik bila guru tidak
mentransformasikan nya dengan kegiatan belajar mengajar. Mengajar adalah tugas
guru untuk menuangkan sejumlah bahan pelajaran kedalam otak anak didik. Guru
yang mengajar dan anak didik yang belajar, karenanya Withering ton (1986:1135)
mengatakan bahwa teacher’s activity is o stimulate learning activity, teaching
is not a routime process, it is original, inventive, creative. Mengajar adalah
transfer of knowledge kepada anak didik. Mengajar selalu berlangsung dalam
suatu kondisi yang di sengaja untuk diciptakan untuk mengantarkan anak didik
kearah kemajuan dan kebaikan.
Guru adalah
spiritual father bagi anak didik. Kemuliaan guru akan tercermin dalam kebaikan
perilaku anak didik. Sekolah sebagai panti rehabilitasi anak merupakan
laboratorium keilmuan bagi guru dalam mengajar dan membelajarkan anak didik
dalam perspektif keilmuan. Di tempat ini anak didik belajar bebas terpimpin,
aktif, kreatif, dan mandiri di bawah bimbingan dan pengawasan yang mulia dari
guru. Sebagaimana bahwa psikologi belajar adalah sebuah disiplin psikologi yang
berisi teori-teori, mengenai belajar, terutama mengupas bagaimana individu
belajar dan melakukan pembelajaran.
BAB III
ANALISIS TEORITIS
Prinsip Mengajar Sebagai Pijakan
Guru
Mengajar
bukan tugas yang ringan bagi guru. Konsekuensi tanggung jawab guru juga berat.
Di kelas, guru akan berhadapan dengan sekelompok anak didik dengan segala
persamaan dan perbedaannya. Sikap dan perilaku anak didik bervariasi dengan
indikator pendiam, suka bicara, suka mengganggu, aktif belajar, gemar
menggambar, gemar menulis, malas, sebagai anak didik mereka masih memerlukan
bimbingan dan pembinaan dari guru supaya menjadi anak yang cakap, aktif,
kreatif, dan mandiri serta bertanggung jawab atas perbuatannya.
Karena
tugas guru yang berat itu, maka mereka yang ber profesi sebagai guru harus
memiliki dan menguasai prinsip-prinsip mengajar dan selalu aktif kreatif
menerapkannya dalam k4egiatan belajar mengajar. Dengan begitu tidak ada kesan
asal-asalan, bekerja dengan anggun jawab agar semua dari tujuan pendidikan
dapat tercapai.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah
kita membahas tentang topik yang menjadi bahasan pada pembahasan dalam karya
tulis ini, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Anak
didik adalah subyek utama dalam pendidikan, dan guru adalah salah satu unsur
manusia dalam proses pendidikan. Keduanya berada dalam proses interaksi, dengan
tugas dan peranan yang berbeda.
2. Setiap
anak didik berbeda, perbedaan individual anak didik cukup banyak, yang semuanya
merupakan ciri dan kepribadian anak didik sebagai individu.
3. Figure
guru merupakan pribadi kunci, karena guru panutan utama bagi anak didik.
4. Guru
sebagai pengajar dan pendidik, mengajar adalah tugas guru untuk menuangkan
sejumlah bahan pelajaran kedalam otak anak didik. Guru yang mengajar dan anak
didik yang belajar.
5. Sebagai
guru harus memiliki dan menguasai prinsip-prinsip mengajar dan selalu
aktif-kreatif menerapkannya dalam kegiatan belajar mengajar.
B. Saran
dan Kritik
1. Dengan
adanya anak didik dan guru maka proses belajar mengajar bisa berjalan dengan
baik, sehingga pembelajaran dan tujuan dari pendidikan tercapai.
2. Saya
harapkan kita sebagai calon pendidik bisa dan mampu menjadi seorang guru yang
baik dan disenangi anak didik.
3. Saya
harapkan guru harus mempunyai prinsip-prinsip dalam mengajar.
Dalam berusaha melengkapi makalah ini, tentu ada
sesuatu yang kurang dan kami sebagai penulis baik dari pembahasan ataupun dari
segi tulisan menyadari akan hal demikian. Maka dari itu kami akan berusaha
lebih baik dengan selalu mengedapankan sumber-sumber yang lebih layak sebagai
reverensi.
Kami sangatlah mengharapkan masukan baik
berupa kritik ataupun saran sehingga dapat menjadi sebuah instropeksi dari
karya kami juga sebagai semangat dan landasan baru untuk terus berinovasi dalam
berkarya.
“Tiada ada
yang sempurna, bila ketidak sempurnaan tak pernah ditemui dan disadari.”s
Walaupun demikian, kami sangat berharap karya
ini dapat menjadi salah satu acuan dalam pembelajaran terutama sebagai
reverensi untuk dalam mata kuliah Psikologi
Belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Abdu. Rachman. Psikologi pendidikan Cet. IV Yogyakarta
Tiara Wacana Yogya, 1993
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. Psikologi Belajar. Cet I.
Jakarta: Rineka Cipta 1991
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Rineka Citra,
Jakarta, 2008.
,Interaksi dan mMotivasi Belajar Mengajar, Rajag Rafindo
Persada, Jakarta, 1986
Tidak ada komentar:
Posting Komentar