PESAN PENYUSUN: Gunakan literatur ini untuk memperkaya bahasan karya ilmiah/makalah kamu sesuai dengan ketentuan ilmu ilmiah yang berlaku. UNTUK KARYA ILMIAH JANGAN COPAS!
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mahasiswa adalah kalangan
para pemuda yang memiliki pengetahuan dan intelektual yang luas mengenai
keadaan disekitarnya. Seorang pemuda memiliki beban yang tertahan dipundaknya
sebagai penerus dan pewaris bangsa. Keadaan suatu bangsa dimasa depan akan
dapat terlihat dengan keadaan pemuda pada masa sekarang.
Ditangan pemuda dunia akan
mengalami banyak perubahan yang sangat besar. Contohnya saja dimasa
keotoriteran presiden Soeharto, berkat para pemudalah akhirnya presiden yang
menjabat selama 32 tahun lamanya akhirnya lengser. Semua ini tidak lepas dari
peran pendidik agama Islam yang sangat menganjurkan penggunaan potensi-potensi
didalam diri untuk mengtahui serta mencari kebenaran.
Namun, yang perlu dipikirkan
adalah bagaimana mengarahkan semangat juang pemuda pada hal-hal yang positif
bukan pada hal yang negatif. Berbagai cara dilakukan baik oleh pemerintah
sendiri maupun kelompok masyarakat yang menginginkan potensi yang dimiliki para
pemuda dapat disalurkan pada pihak kebenaran.
Usaha-usaha yang sangat
terlihat diterapkan pemerintah adalah diadakannya pendidikan yang memberikan
berbagai fasilitas untuk mencetak kader-kader bangsa yang bermoral dan dapat
mengemban amanah. Tetapi secara nyata telah terbukti bahwa pendidikan moral
tidak hanya diberikan dengan berbagai jenis mata pelajaran yang mementingkan
kecerdasan intelektual saja. Maka dari itu saat sekarang ini banyak dijumpai
para penguasa jabatan yang memiliki otak intelektual cemerlang namun tidak
bermoral.
Satuan tingkat pendidikan
mulai dibenahi dengan adanya progran pendidikan karakter yang faktanya hanya
bisa dilakukan dengan pengajaran mengenai ilmu, praktik dan pemahaman terhadap
agama Islam. Universitas IAIN Bengkulu pun ikut mengambil peran pula dalam
program tersebut. Berbicara masalah akhlak sebagai sendi utama dalam berprilaku
yang dicontohkan Rasulullah saw. maka hal itu tidak akan terlepas dari tasawuf
yang menjadi sendi pokok seseorang merasakan hubungan langsung dengan Allah.
Pelajaran tasawuf sudah menjadi salah satu mata pelajaran yang harus
diselesaikan termasuk pada SKS dalam menempuh pendidikan strata satu (S1).
Untuk itu seberapa efektifkah mata kuliah ini diajarkan sehingga berpengaruh
pula pada kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ), dan kecerdasan
Intelektual (IQ) para mahasisiwa IAIN Bengkulu. Jadi, demikianlah alasan kenapa
penulis mengangkat pembahasan makalah dengan judul “What’s Tasawuf? Dikalangan
Mahasiswa IAIN Bengkulu”.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimanakah
pendapat para Mahasiswa IAIN Bengkulu secara umum mengenai tasawuf ?
Apakah
pengaruh tasawuf terhadapat kecerdasan EQ, SQ, dan IQ Mahasisiwa IAIN Bengkulu
secara umum?
Bagaimakah
jenis-jenis kegiatan tasawuf para Mahasisiwa IAIN Bengkulu secara garis
besarnya?
C.
Tujuan
Pembahasan makalah dengan
judul “What’s Tasawuf? Dikalangan Mahasiswa IAIN Bengkulu” bertujuan untuk
mengidentifikasi sejauh mana para mahasiswa mengetahui dan memahami tasawuf
dalam kehidupan kampus. Selanjutnya memberikan suatu gambaran tentang pengaruh
tasawuf terhadap kecerdasan mahasisiwa IAIN Bengkulu serta mengetahui apa
sajakah kegiatan-kegiatan tasawuf yang sering kali dilakuakan.
BAB II
WHAT’S TASAWUF ?
DI KALANGAN MAHASISWA IAIN
BENGKULU
A.
Pengertian Tasawuf
1.
Pengertian Tasawuf Menurut
Para Pakar Ilmu Tasawuf
Banyak
sekali pengertian dan arti daripada tasawuf itu sendiri. Diberbagai perguruan
tinggi bisa dijumpai para pakar ilmu tasawuf mendefinisikan tasawuf dengan
berbagai gaya dan penggambaran. Berikut akan disajikan beberapa definisi
pengertian tasawuf meurut para ahli yang telah banyak menggoreskan hasil
pemikirannya didalam buku-buku karyanya.
a.
Menurut Dr. Ibrahim Hilal dalam bukunya menyatakan bahwa
tasawuf adalah makna menempuh kehidupan zuhud, menghindari gemerlap kehidupan
duniawi, rela hidup dalam keprihatinan, melakukan berbagai jenis amalan ibadah,
melaparkan diri, mengerjakan shalat malam, dan melantunkan berbagai jenis wirid
sampai fisik atau dimensi jasmani seseorang menjadi lemah dan dimensi jiwa atau
ruhani menjadi kuat.[1]
Dalam
pengertian ini dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah usaha menaklukkan dimensi
jasmani manusia agar tunduk kepada dimensi ruhanian (nafs), dengan
berbagai cara, sambil bergerak menuju kesempurnaan akhlak seperti yang
dinyatakan kaum sufi, dan meraih pengetahuan
atau makrifah (ma’rifah) tentang Dzat illahi da kesempurnaan-Nya.[2]
Menurut kaum sufi, proses ini disebut sebagai “mengetahui hakikat” (ma’rifah
al-haqiqah).[3]
b.
Pengertian Tasawuf menurut Dr. Martin Lings yang terdapat
dalam bukunya tidak disebutkan secara jelas. Namun dapat digambarkan sebagai
berikut bahwa Tasawuf merupakan serangkaian Wahyu “mengalir” laksana sebuah
gelombang pasang besar dari samudera Kemahaluasan menuju pantai-pantai dunia
terbatas kita. Dan tasawuf adalah panggilan, disiplin serta ilmu tentang
penyelaman kedalam gerak surut salah satu gelombang ini dan tentang
penghanyutan kembali bersamanya menuju
sumbernya yang Mahaluas lagi Abadi.[4]
c.
Asy-Syekh Muhammad Amin Al-kurdy mengetakan:[5]
Tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahuai hal ihwal kebaikan
dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk dan
mengisinya dengan sifat-sifat terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju
(keridhaan) Allah dan meninggalkan (larangan-Nya) menuju kepada (perintah-Nya).
d.
As- Suhrawardy mengemukakan pendapat Ma’ruf Al-Karakhy yang
mengatakan: Tasawuf adalah hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada
ditangan makhluk (kesenangan duniawi).[6]
Kata
sufisme digunakan untuk mendevinisikan seperangkat praktik, suatu ideal, dan
ilmu keislaman. Kata ini digunakan sebagai padanan tasawuf, yang secara harfiah
bermakna “memakai wol” (kain woll, shuf, yakni bahan pakaian para kaum
zahid Islam dan Kristen). Sufisme juga lebih umum bermakna “kepercayaan dan
doktrin kaum sufi”. Sedagkan nama sufi sendiri walaupun diturunkan dari nama
kain wol, ada kemungkinan pula merujuk pada istilah Yunani sophos yang artinya
“bijaksana”.[7]
2.
Pengertian Tasawuf Menurut
Para Mahasisiwa IAIN Bengkulu
Pengertian
dari tasawuf dapat diungkapkan oleh siapa saja. Namun tentu mempunyai standar
dan garis tertentu sehingga pendapatnya dapat diterima dalam suatu kajian
ilmiah atau non-ilmiah. Salah satu kriterianya adalah seseorang tersebut telah
mengikuti kajian ilmu tasawuf baik secara formal seperti pada bangku
perkuliahan ataupun secara otodidak dengan tujuan menambah pengetahuan. Berikut
pendapat-penadapat dari beberapa Mahasiswa IAIN Bengkulu hasil dari data angket
kuesioner sepuluh orang mahasiswa.
a.
Rafikudin, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam
(PAI), semester III, NIM: 2103216528, IPK: 3,67. Berpendapat bahwa Tasawuf
adalah suatu usaha untuk membersihkan jiwa dan hati dari segala penyakit hati
guna untuk mencapai hubungan baik dengan Allah atau merasakan hadirnya Allah.
b.
Didik Setiawan, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Guru
Madrasah Ibtida’iyah (PGMI), Semester III, NIM: 2103246731, IPK: 3,67.
Berpendapat bahwa tasawuf adalah suatu upaya mendekatkan diri kepada Allah.
c.
Zakaria, Jurusan Tarbiyah, Prodi Pendidikan Agama Islam
(PAI), semester VII, NIM. 2083214993, IPK: 3,44. Menurutnya tasawuf adalah ilmu
tentang pendalaman agama Islam.
d.
M. Nurul Huda, Jurusan Tarbiyah, Prodi Pendidikan Agama Islam
(PAI), semester III, NIM: 2103216504, IPK: 3,86. Menurutnya bahwa tasawuf
adalah mendekatkan diri kepada Allah (Tasawuf Modern).
e.
Ficky Pramana, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam
(PAI), semester III, NIM: 2103216476, IPK:
3,40. Berpendapat bahwa tasawuf adalah beribadah kepada Allah dengan
lebih mengingat akhirat daripada mengingat dunia, hidup zuhud.
f.
Hitamin, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam
(PAI), semester III, NIM: 2103216481 . Menurutnya Tasawuf adalah pendekatan
batin dari seorang sufi untuk mencapai kedekatan dengan Allah, dan mereka tidak
mementingkan kehidupan dunia. Dan intinya mereka tidak mau terikat kepada
dunia. Dan tasawuf itu juga disebut ilmu yang mengajarkan tentang sufi dan
mengajarkan tahap-tahap untuk menjadi sufi dengan melewati maqamat dan akhwal.
g.
Yusdilena, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam
(PAI), semester III, NIM: 2103216583, IPK: 3,50. Menurutnya tasawuf adalah
mendekat diri kepada Allah dengan cara ber-tazkiyat an-nafs.
h.
Sherli Utami, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam
(PAI), semester III, NIM: 2103216547, IPK: . Menurutnya tasawuf adalah ilmu
yang mempelajari dan mencari cara untuk mendekatkan diri terhadap Allah swt.
dan mengajarkan dan menganalisis diri untuk menjadi kepribadian Islam yang
bertaqwa.
i.
Usman Romadhoni, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama
Islam (PAI), semester III, NIM: 2103216449, IPK: , berpendapat bahwa tasawuf
adalah metode tersendiri kalangan sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah.
Tetapi tidak semuanya dapat dipahami dimasa ini, karena tidak semua muslim
bertasawuf.
j.
Arman Syaputra, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama
Islam (PAI), semester III, NIM: 2103216437, IPK: 3,50. Mengatakan bahwa tasawuf
adalah cara mendekatkan diri kepada Allah yang pola kehidupan yang zuhud dan
sederhana dalam segala bidang serta tidak terlalu tamak dengan dunia.
Berbagai
pendapat mengenai pengertian tasawuf sangatlah beragam yang dikemukakan oleh
sepuluh orang Mahasiswa diatas. Ini menunjukkan bahwa mereka memang mempunyai
pengetahuan mengenai tasawuf yang berbeda-beda pula. Setiap orang mempunyai
daya tangkap dan serap tertentu dalam menerima suatu stimulus. Seperti halnya
tentang suatu mata kuliah yang dibawakan oleh seorang dosen, maka jika dosen
tersebut memberikan post-tes kepada para mahasiswanya setelah menerima
materi yang disampaikannya maka akan didapat beberapa hasil respon jawaban yang beragam pula.
Jika disimpulkan
dari pendapat sepuluh orang mahasiswa diatas bahwa mereka sudah layak diberikan
suatu apresiasi yang tinggi dikarenakan pendapat-pendapat mereka yang
mengungkapkan pengertian tasawuf sudah dapat memberikan suatu gambaran secara
singkat tentang arti daripada tasawuf itu sendiri.
3.
Perbandingan Pengertian
Tasawuf Oleh Para Pakar dan Mahasisiwa IAIN Bengkulu.
Pada
awalnya para ahli yang dipercaya sebagai seseorang pakar dalam suatu disiplin
ilmu pengetahuan merupakan ia yang pernah juga mengenyam pendidikan formal juga
baik ditingkat perguruan tinggi maupun kejuruan yang membidangi penelitian
pengetahuan tertentu. Mereka juga berawal dari titik nol dalam
memulainya, namun dengan berbagai usaha yang gigih dan sungguh-sungguh akhirnya
mereka dipercaya sebagai seorang tokoh yang dihargai disetiap pendapat-pendapatnya.
setiap
orang mempunyai peluang dan hak yang sama dalam mencapai suatu kesuksesan dibidangnya
masing-masing. Para pakar tasawuf seperti Dr. Ibrahim Hilal dan Dr. Martin
Lings mengungkapkan pendapatnya tentang pengertian tasawuf dengan detail dan
terperinci. Hal ini dikarenakan pengalaman dan pendidikan yang tidak sedikit
dalam usaha menekuni ilmu pengetahuan sehingga mampu menggambarkan suatu hal
dengan ringkas, jelas dan terperinci.
Namun,
para Mahasiswa IAIN Bengkulu pun tidak kalah saing dalam memberikan pendapatnya
mengenai tasawuf. Dapat dilihat dari beberapa pendapat mereka, contohnya saja
yang disampaikan oleh Ficky Pramana, Hitamin, Usman Romadhoni, Arman Syaputra
dan Rafickudin mempunyai kesamaan yang tersirat yang kesemuanya memberikan
pengertian bahwa tasawuf adalah suatu jalan mendekatkan diri kepada Allah yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh demi mendapatkan kelezatan beribadah dengan
cara menempuh berbagai pelatihan (riyadoh) fisik dan mental/ruhiyah melewati
beberapa tingkatan yang disebut maqamat dan ikhwal.
Dengan
demikian para Mahasiswa tersebut telah mempraktikkan dan mengamalkan penggunaan
potensi akal untuk berfikir dan menelaah pada permasalahan ini sesuai firman
Allah pada surat Al An’am: 32,
$tBur äo4quysø9$# !$u÷R$!$# wÎ) Ò=Ïès9 ×qôgs9ur ( â#¤$#s9ur äotÅzFy$# ×öyz tûïÏ%©#Ïj9 tbqà)Gt 3 xsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÌËÈ
Artinya: dan Tiadalah
kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh
kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah
kamu memahaminya?
Hal ini sudah terbukti secara ilmiah
dan logis. Dalam ajaran Psikologi di ajarkan bagaimana cara mengoptimalkan akal
pikiran manusia, sehingga manusia mampu menggunakan Hipnosis, Telephati dan
sebagainya, hal itu bisa terjadi karena akal pikiran kita sudah bertemu dan
berkomunikasi dengan ruh dan jasad kita. Kesadaran beragama pun merupakan salah
satu hasil dari pengoptimalan akal pikiran. Maka manusia sering disebut juga dengan
homoreligious (makhluk beragama).[8]
B.
Corak Dan Bentuk Kegiatan
Tasawuf Mahasiswa IAIN Bengkulu
Kegiatan
yang merupakan suatu hal sering dilakukan dan dapat memberikan wawasan dan ilmu
yang tidak sedikit adalah adanya kemauan mahasiswa mengadakan dan mengikuti
seminar-seminar tentang kajian Islam. Dengan demikian akan memeberikan sebuah
pelatihan dan keunggulan tersendiri dibandingkan dengan mahasiswa yang hanya berkegiatan
kuliah saja disetiap harinya. Perbedaan yang mencolok adalah pada pengetahuan
dan kecakapan dalam pembahasan masalah keagamaan Islam, sejarah Islam, keadaan
umat saat ini dan lain sebagainya.
Kesemuanya
itu sangat berhubungan dengan tingkat kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan
spiritual (SQ) dan kecerdasan Intelektual (IQ).
a.
Kecerdasan Emosional
Mahasisiwa IAIN Bengkulu dalam Persepektif Tasawuf
Kecerdasan
emosional, menurut Daniel Goleman, adalah kemampuan mengenali perasaan kita
sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan
mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang
lain.[9]
Di
dalam bukunya, Sudirman Tebba menjelaskan bahwa kecerdasan emosional mencakup:
1.
Kesadaran diri,
2.
Pengaturan diri,
3.
Motivasi,
4.
Empati,
5.
Keterampilan sosial.[10]
Kesadaran
diri berarti mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan
menggunakannya untuk memamdu pengambiulan keputusan diri sendiri, memiliki
tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri sendiri dan kepercayaan diri yang
kuat.
Hal
diatas dapat dilihat dari hasil pengisian data kuesioner dari sepuluh orang
yang dipandang berprestasi baik dalam segi EQ, SQ, dan IQ; pada pertanyaan
bagian no. 3 dan 4.
Bentuk
pertanyaan adalah: “3. Saat shalat saya merasakan adanya hubungan batin
dengan Allah (kusyu’).
Dari
pertanyaan diatas disediakan opsi pilihan jawaban yaitu selalu- sering-
pernah dan tidak pernah, terdapat beberapa hasil dari data angket kuesioner
yang diajukan kepada 10 orang Mahasiswa IAIN Bengkulu:
2 orang Mahasiswa menjawab Selalu;
4 orang Mahasisiwa menjawab pernah;
2 Orang Mahasiswa menjawab sering;
dan
1 orang Mahasisiwa menjawab tidak
pernah;
Hasil
diatas merupakan hasil penelitian yang dilakukan kepada Mahasiswa-mahasiswa yang
mempunyai prestasi cukup baik dalam segi IQ, EQ, ataupun SQ. Sehingga ini dapat
menjadi sebuah tolak ukur bagi keadaan mahasiswa IAIN Bengkulu secara umum dan
garis besar. Namun hasil ini tidaklah secara mutlak menggambarkan tentang
keadaan yang sebenarnya diakarenakan berbagai faktor dan latarbelakang yang
mempengaruhinya.
Jika
dibandingkan, ternyata jumlah mahasiswa yang kusyu’ hanya terdapat 2
orang saja. Kemudian yang menjawab sering hanya terdapat 2 orang saja. Dan yang
4 orang menjawab pernah dan 1 orang bahkan menjawab tidak pernah
merasakan adanya hubungan dengan Allah saat ia shalat.
Berbagai
hal yang menjadi sebab akan hal ini sangatlah beragam sehingga membuat hasil
yang berbeda-beda juga pada setiap jawaban. Kemungkinan ada beberapa mahasiswa
yang dalam kehidupannya baik lingkungan keluarga maupun lingkungan dikediaman
ia tinggal sangat mendukung tentang adanya upaya pendidikan keagamaan sehingga
berakibat pula pada kekusyu’kan dalam beribadah shalat. Namun bisa saja
sebaliknya, bahwa terdapat individu yang berasal dari lingkungan keluarga dan
tempat tinggal yag kurang mendukung masalah pendidikan agama bahkan mungkin
terdapat banyak gagguan dan pada akhirnya berakibat pada keadaan ibadah yang
kurang kusyu’.
Namun
di dalam Al-Quran jelas dikatakan bahwa Allah berfirman:
ôs% yxn=øùr& tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ tûïÏ%©!$# öNèd Îû öNÍkÍEx|¹ tbqãèϱ»yz ÇËÈ
Artinya:
1.Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
sembahyangnya, (QS.
Al-Mukminun: 1-2)
Pada ayat diatas
sangatlah jelas bahwa Allah memberikan pernyataan bahwa orang-orang yang bisa
dan mampu khusyu’ dalam shalat merupakan termasuk pada golongan
orang-orang yang beruntung. Demikian indah Allah menciptakan iman Islam yang
sekarang dapat dirasakan oleh orang-orang beriman. Banyak sekali dijumpai
beberapa masalah yang kadang tidak ingin dibahas dikarenakan hal demikian.
Terkadang dikarenakan ada rasa malu bahwa dirinya belum bisa shalat secara khusyu’.
b.
Kecerdasan Spiritual
Mahasisiwa IAIN Bengkulu dalam Persepektif Tasawuf
Kecerdasan
spiritual, menurut Marsha Sinetar, adalah pikiran yang mendapat inspirasi,
dorongan, dan efektivitas yang erinspirasi, the is-ness atau
penghayatan ketuhanan yang didalamnya kita semua menjadi bagian.[11]
Menurut
Jalaludin Rakhmat, ciri atau karakteristik kecerdasan spiritual ialah:[12]
1.
Mengenal motif kita yang paling dalam
2.
Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi
3.
Bersikap reponsif pada diri yang dalam
4.
Dapat memanfaatkan dn mentransendenkan kesulitan atau
peneritaan
5.
Sanggup berdiri
menentang dan berbeda dengan orang banyak
6.
Enggan mengganggu atau menyakiti
7.
Memperlakukan agama secara cerdas
8.
Memperlakukan kematian secara cerdas
Dari sekian banyak ciri-ciri
diatas, maka yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan mahasisiwa IAIN
Bengkulu hanya dibahas beberapa saja mengingat kendala dan susahnya dalam
pencarian sumber secara mendetail mengenai kegiatan tasawuf.
Pada tingkat kesadaran yang
tinggi disebut self awareness. Maksudnya kalau dia memiliki tingkat
kesadaran berarti dia mengenal dirinya dengan baik, dan selalu ada upaya untuk
menganl dirinya lebih dalam. Jasi, orang yang tingkat kecerdasan
spiritualnya tinggi adalah orang yang
mengenal dirinya dengan baik.
Hal diatas dapat dilihat
dari hasil data angket yang diajukan kepada sepuluh orang Mahasisiwa. Hasilnya
pada bagian shalat, dua dari sepuluh orang mengaku ketika melaksanakanshalat
selalu mendapatkan hubungan dengan Allah atau bisa dikatakan shalat dengan
khusu’. Selanjutnya delapan orang lainnya mengaku sering dan satu orang
mengatakan tidak pernah sama sekali.
Disini bukanlah yang dilihat
dari hasil diatas bukan pada bagaimana kualiatas dari shalat mereka, namun
bagaiamana mereka bisa bersikap jujur dalam mengisi pertanyaan dalam lembar angket
yang diajukan. Dengan demikian berarti mereka telah mengakui dan dapat mengenal
dirinya dengan baik. Apa yang terjadi diddalam dirinya secara jujur disampaikan
dengan apa adanya.
Tasawuf sendiri terbagi
menjadi dua bagian: pertama tasawuf islam yang mementingkan sikap hidup
yag tekun beribadah serta mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadis, kedua
tasawuf murni atau mistisme yang menekankan pada pengetahuan hakiki tentag
Tuhan.[13]
Maka pada tahapan memiliki
tingkat kesadaran yang tinggi, mahasisiwa IAIN Bengkulu telah layak mendapatkan
suatu apresiasi dari keberaniannya dalam memebrikan data yang sesuai dengan
keadaan dirinya yang sebenarnya. Sebab bila dilihat dri persepektif sufistik
ciri-ciri kecerdasan spiritual itu juga terdapat dalam tasawuf. Misalanya motif
yang dalam, kesadaran yang tinggi dan sikap responsif terhadapa diri menurut
tasawuf dapat diwujudkan dnegan berbagai cara, seperti tafakkur (perenungan)
dan uzlah (mengesingkan diri dari masyarakat yang banyak melakukan kemaksiatan).[14]
Didalam ber’uzlah,
mahasisiwa IAIN tidaklah sampai mengasingkan dirinya terlalu dalam. Namun dapat
digambarkan pada penelitian dengan bagian pernyataan kegiatan-kegiatan yang
sering mereka lakukan. Contohnya yaitu shalat zhuhur berjamaah dimasjid
Al-Faruq IAIN Bengkulu. Kenapa disini hanya dibahas pada shalat zhuhur saja?
Dikarenakan para mahasiswa pada umumnya belajar dari jam 08.00 wib sampai
waktu-waktu siang (sekitar 13.45 wib). Maka ketika semua mata kuliah pada hari
tersebut selesai, maka hanya beberapa mahasiswa yang terlihat menyempatkan diri
untuk shalat berjamaah dimasjid.
Dibandingkan dengan seluruh
mahasiswa yang ketika mata kuliah telah selesai atau waktu pulang telah tiba,
sangat sedikit sekali yang mempunyai kemauan untuk meluangkan waktunya menuju
masjid. Dari sampel data yang diperoleh 9 dari 10 orang memang shalat zuhur
berjamaah dimasjid Al-Faruq. Namun perlu diketahuai bahwa pengabilan sampel
tersebut memang disengaja pada mahasiswa-mahasiswa yang gemar mampir ke masjid
ketika study telah selesai. Alasan tersebut dikarenakan akan lebih efektif
jawaban yang diberikan ketika mereka memang memiliki ketergantungan pada
masjid. Hal ini terbukti dengan adanya salah satu mahasiswa yang sangat jarang
terlihat shalat zhuhur berjamaah dimasjid al-Faruq bahkan sering terlihat hanya
lewat saja kemudian langsung pulang, ketika mengisi lembar angket pada bagian
ke-2 ia jawab dengan pilihan “Ya” pada
pernyataan “saat dikampus, saya suka shalat zhuhur berjamaah dimasjid
al-Faruq IAIN Bengkulu”.
Hal demikian berarti sebuah
kebohongan yang seharusnya tidaklah ia nampakkan. Tetapi Allah memberikan suatu
pertolongan bagi penulis bahwa memang orang-orang tidak memiliki ketergantungan
hatinya denga masjid susuah untuk memeberikan jawaban yang sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya.
Padahal jelas, Allah
melarang hamba-hambanya mengatakan sesuatu yang dusta dan tidak sesuai dengan
fakta yang terjadi. Larangan ini dapat dilihat pada surat Ash Shaff: 2-3
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä zNÏ9 cqä9qà)s? $tB w tbqè=yèøÿs? ÇËÈ uã92 $ºFø)tB yYÏã «!$# br& (#qä9qà)s? $tB w cqè=yèøÿs? ÇÌÈ
Artinya:
2.
Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak
kamu kerjakan? 3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan.(Ash
Shaff: 2-3).
Sangat jelas dan terang
sekali larangan berdusta, bahkan Allah sangat membenci perbuatan tersebut. Maka
yang sebenarnya harsu dilakukan adalah bertaubat dari berbagai unsur-unsur
kedustaan yang ada pada diri seorang muslim.
Banyak dalil-dalil yang
menunjukkan bahwa shalat berjamaah lebih utama dan sangat dianjurkan terutama
untuk kaum para lelaki Muslim.
·
Dari Abi Musa ra berkata
bahwa Rasulullah SAw bersabda, Sesungguhnya orang yang mendapatkan ganjaran paling besar adalah orang yang paling
jauh berjalannya. Orang yang menunggu shalat jamaah bersama imamlebih besar pahalanya dari orang
yang shalat sendirian kemudian tidur.
·
Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Sesungguhnya shalat yang paling berat buat orang munafik adalah shalat Isya dan
Shubuh. Seandainya mereka tahu apa yang akan mereka dapat dari kedua shalat
itu, pastilah mereka akan mendatanginya meski dengan merangkak. Sungguh aku
punya keinginan untuk memerintahkan shalat dan didirikan, lalu aku
memerintahkan satu orang untuk jadi imam.
Kemudian pergi bersamaku dengan beberapa orang membawa seikat kayu bakar menuju
ke suatu kaum yang tidak ikut menghadiri shalat dan aku bakar rumah-rumah mereka dengan api. .
·
Dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW didatangi
oleh seorang laki-laki yang buta dan berkata, Ya Rasulullah, tidak ada orang
yang menuntunku ke masjid. Rasulullah SAW berkata untuk memberikan keringanan
untuknya. Ketika sudah berlalu, Rasulullah SAW memanggilnya dan bertanya,
Apakah kamu dengar azan shalat? Ya, jawabnya. Datangilah, kata Rasulullah SAW.
Pada
kenyataanya, lebih banyaklah mahasisiwa yang lebih memilih untuk melanjutkan
urusannya, mungkin langsung pulag dan shalat dirumah daripada menyempatkan
waktunya untuk shalat berjamaah meramaikan dan menghidupkan masjid Al-Faruq
IAIN Bengkulu. Hal ini sangat disayangkan bila dilihat dari lembaga pendidikan
sendiri yang berbasis Islami.
c.
Kecerdasan Intelektual
Mahasisiwa IAIN Bengkulu dalam Persepektif Tasawuf
Intelektual
atau bisa disebut juga intelegensi, menurut banyak ahli bila dihubungkan dengan
keberhasilan seseorang bahwa intelgensi merupakan potensi bawaan yang sering
dikaitkan dengan berhasil atau tidaknya anak/mahasiswa belajar di sekolah (atau
lembaga pendidikan lain). Dengan kata lain, intelegensi dianggap faktor yang
menentukan berhasil tidaknya anak/mahasiswa
di sekolah.[15]
Intelgensi
sangat berhubungan dengan pengetahuan dan penggunaan akal. Kalangan ulama Sufi
berhasil membangaun metode baru dalam mengkaji seputar akal yang didasarkan
pada orientasi secara langsung pada keaktifan akal. Atau, dengan makna lain,
diorientasiakan secara langsung keapada fenomena-fenomena ‘aqliyah,
bukan pada akal itu sendiri.[16]
Beberapa
kegiatan yang sering dilakuakan oleh para mahasisiwa IAIN Bengkulu dalam
mempertajam dan memperkaya ilmu pengetahuan serta pengoptimalan peran akal
dalam kehidupan sehari-hari dikampus antara lain:
1.
Diskusi/Bermusyawarah
Mengenai Permasalahan Umat Islam di kelas.
Mendiskusikan
segala permasalahan terutama mengenai keadaan uamat Islam akan memberikan
pengetahuan dan wawasan yang akan memberikan bekal dalam menghadapi masa depan.
Didalam
diskusi akan didapata berbagai pendapat dan opini sehingga seorang mahasiswa
dapat memilih dan memilah pendapat mana yang akan menjadi salah satu keputusan
yang akan disetujui bersama.
Allah
berfirman dalam hal diskusi atau musyawarah ini:
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $àsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ÍöDF{$# ( #sÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ
Artinya: Maka disebabkan
rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu
bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imron: 159)
Dalam ayat ini disebutkan
sebagai fa’fu anhum (maafkan mereka). Maaf secara harfiah,
bearti “menghapus”. Memaafkan adalah menghapuskan bekas luka dihati akibat
perilaku pihak lain yang tidak wajar. Ini perlu, karena tiada musyawarah tanpa
pihak lain, sedangkan kecerahan pikiran hanya hadir bersamaan dengan sinarnya
kekeruhan hati.
Disisi lain, orang yang bermusyawarah
harus menyiapkan mental untuk selalu memberi maaf. Karena mungkin saja ketika
bermusyawarah terjadi perbedaan pendapat, atau keluar kalimat-kalimat yang
menyinggung perasaan orang lain. Dan bila hal-hal itu masuk kedalam hati, akan
mengeruh pikiran, bahkan boleh jadi akan mengubah musyawarah menjadi
pertengkaran. Itulah kandungan pesan fa’fu anhum.
2.
Bersilahturahim
Dari
data angket yang telah dihimpun, semua orang telah menyatakan bahwa mereka
sering bersilahturahmi. Karena silahturahmi adalah salah satu cara untuk
menguatkan jalinan ukhuwah antar sesama pribadi muslim.
3.
Menghafal Al-Quran dan
Hadits
Menghafal
al-Quran dan Hadis merupakan kegiatan yang sudah biasa dilakukan oelh para
mahasisiwa IAIN Bengkulu. Secara akademikpun telah diasupkan pada jadwal
tertentu pada mata kuliah.
Beberapa
mata kuliah yang mewajibkan adanya menghafal Al-Quran dan Hadist yang dijalani
oleh Mahasisiwa jurusan PAI semester III yaitu: Materi Pendidikan Agama Islam,
Hadis, Tafsir Al-Quran dan beberapa mata kuliah lainnya.
Ini
akan memberikan suatu pengetahuan yang yang harus dimiliki seorang lulusan yang
akan menjadi ikon pendidik agama Islam di dalam masyarakat, menjadi panuatan
dan contoh.
4.
Bertekad atau cita-cita “Hidup
Mulia Atau Mati Syahid”
Selama
ini kita sering mendengar dari ulama2 yang menjelaskan bahwa tujuan hidup
manusia adalah untuk beribadah kepada ALLAH sebagaimana ayat QS 51:56
menjelaskan.“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk
beribadah kepada-Ku”.
Beribadah
kepada ALLAH bukanlah menyembah ALLAH saja, bukan menjalankan rukun islam yang
lima saja, dan berbuat kebajikan saja, tetapi maknanya jauh dari itu
Kalau
diartikan seperti diatas ini,maka kita lihat hasilnya adalah masarakat yang
tidak produktif alias miskin. Sangat menyedihkan bukan? Beribadah kepada ALLAH
SWT artinya mengabdi atau bekerja untuk ALLAH dengan sungguh2.
Semua
peraturan2 ALLAH itu tertulis dalam kitab2 sucinya; Taurat,injil dan AL Quran.
Al Quran adalah buku pedoman hidup manusia yang terakir, dan sempurna.
Jadi
ada dua macam; satu tujuan hidup, dan kedua adalah tugas hidup; Inilah tugas
hidup manusia seperti ALLAH mengatakan sebagai berikuti; “Dialah yang telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu pemakmurnya.
(QS.11:61). (menghuni dan mengolah hasil bumi untuk kemakmuran umat manusia,
kalau mengingkari perintah ALLAH ini, hidup manusia seperti manusia di hutan2
sama dengan kehidupan bintang.
Jadi,
demikian pentingnya beribadah kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Manusia
diwajibkan untuk bekerja dan berusaha agar didapatkan kehidupan yang tercukupi
dan sejahtera. Namun disisi lain juga manusia harus bisa menyeimbangkan antara
kebutuhan dunia dan akhirat.
Mahasiswa
IAIN Bengkulu tak sedikit yang biaya hidupya sudah tidak ditanggung oleh
orangtua lagi. Mereka banyak menekuni beberapa pekerjaan yang bisa menjamin
biaya hidup dan kuliah. Mulai dari bekerja sebagai karyawan wirasuasta
disela-sela waktu kuliah, berjualan kebutuhan mahasiswa seperti buku, flashdisk,
hingga membuka jasa pengetikan tugas-tugas makalah. Semua ini mereka jalani
dengan suka dan duka demi melanjutkan kuliah dan kemandirian yang sudah
dimulai.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penguraian
dan pembahasan makalah dengan judul “What’s Tasawuf? Dikalangan Mahasiswa IAIN
Bengkulu” mendapati beberapa kesimpulan yang menjadi inti pokok pembahasan. Pendapat
para Mahasiswa IAIN Bengkulu secara umum mengenai pengertian tasawuf adalah suatu
jalan mendekatkan diri kepada Allah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh demi
mendapatkan kelezatan beribadah dengan cara menempuh berbagai pelatihan
(riyadoh) fisik dan mental/ruhiyah serta melewati beberapa tingkatan yang
disebut maqamat dan ikhwal.
Pengaruh
tasawuf terhadap kecerdasan EQ, SQ, dan IQ Mahasisiwa IAIN Bengkulu secara umum
yaitu terlihat dari hasil angket kuesioner yang menunjukkan tentang kualitas
beribadah serta kegiatan-kegiatan yang menunjang pengetahuan dan iman para
mahasiswa sehingga bisa menjadi bekal masa depan.
Adapun
jenis-jenis kegiatan tasawuf para Mahasisiwa IAIN Bengkulu secara garis besar
antara lain;
1.
Shalat zhuhur berjamaah dimasjid al-Faruq.
2.
Mengadakan atau mengikuti seminar tentang dakwah Islam.
3.
Diskusi/ musyawarah mengenai permasalahan umat di kelas.
4.
Bersilahturahmi
5.
Menghafal Al-Quran dan Hadis
6.
Bertekad “Hidup Mulia, atau Mati Syahid”
B.
Kritik dan Saran
Dalam berusaha melengkapi makalah ini, tentu
ada sesuatu yang kurang dan kami sebagai penulis baik dari pembahasan ataupun
dari segi tulisan menyadari akan hal demikian. Maka dari itu kami akan berusaha
lebih baik dengan selalu mengedapankan sumber-sumber yang lebih layak sebagai
reverensi.
Kami sangatlah mengharapkan masukan baik
berupa kritik ataupun saran sehingga dapat menjadi sebuah instropeksi dari
karya kami juga sebagai semangat dan landasan baru untuk terus berinovasi dalam
berkarya.
“Tiada ada
yang sempurna, bila ketidak sempurnaan tak pernah ditemui dan disadari.”
Walaupun demikian, kami sangat berharap karya
ini dapat menjadi salah satu acuan dalam pembelajaran terutama sebagai
reverensi untuk dalam mata kuliah
Tasawuf.
DAFTAR
PUSTAKA
Hilal, Ibarahim, Tasawuf
Antara Agama dan Filsafat, Pustaka Hidayah, Bandung, 2002.
Lings, Martin, What is
Sufism? Membedah Tasawuf” Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta 1987.
Muhammad Amin Al-Kurdy, Tanwirul
Qulub Fi-Mu’aamalah ‘Alaamil Ghuyuub, Bungkul Indah, Surabaya, tt.hal.
Mustofa, H. A., Akhlak
Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, 2010.
Arifin, Syamsul, Psikologi
Agama, Pustaka Setia, Bandung, 2008.
Tebba, Sudirman, Tasawuf
Positif, Kencana, Bogor, 2003.
M. Nuh, Nuhrison, Aliran/Faham
Keagamaan dan Sufisme Perkotaan, Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Jakarta,
2009.
Djamarah, Syaiful bahri, Psikologi
Belajar Edisi 2, Rineka Cipta,
Jakarta, 2008.
Baldick, Julian, Islam
Mistik Mengantar Anda kedunia Tasawuf,
Serambi Ilmu Semesta, Jakarta,
2002.
asy-Syarqawi, Muhammad
Abdullah, Sufisme dan Akal,
Pustaka Hidayat, Bandung, 2003.
[1]
) Hilal, Ibarahim, Tasawuf Antara Agama dan Filsafat, Pustaka Hidayah,
Bandung, 2002., hlm. 19
[2]
) Ibid., hlm. 19
[3]
) Ibid., hlm. 20
[4]
) Lings, Martin, What is Sufism? Membedah Tasawuf” Pedoman Ilmu Jaya,
Jakarta 1987., hlm. 1
[5]
) Muhammad Amin Al-Kurdy, Tanwirul Qulub Fi-Mu’aamalah ‘Alaamil Ghuyuub,
Bungkul Indah, Surabaya, tt.hal.
[6]
) Mustofa, H. A., Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm.
204-205
[7]
) Baldick, Julian, Islam Mistik Mengantar Anda kedunia Tasawuf, Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2002., hlm. 11
[8]
) Arifin, Syamsul, Psikologi Agama, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm.
83
[9])
Tebba, Sudirman, Tasawuf Positif, Kencana, Bogor, 2003. Hlm. 11
[10]
) ibid,. Hlm. 11
[11]
) Ibid,. Hlm. 19.
[12]
) Ibid,. Hlm. 20.
[13]
) M. Nuh, Nuhrison, Aliran/Faham Keagamaan dan Sufisme Perkotaan,
Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Jakarta, 2009, hlm. xi
[14]
) Op.cit, Tebba, Sudirman, Tasawuf Positif,. hlm. 23
[15]
) Djamarah, Syaiful bahri, Psikologi Belajar Edisi 2, Rineka Cipta, Jakarta, 2008,. Hlm. 135
[16]
) asy-Syarqawi, Muhammad Abdullah, Sufisme dan Akal, Pustaka Hidayat, Bandung, 2003., hlm. 151
Tidak ada komentar:
Posting Komentar