Selasa, 02 Desember 2014

Makalah What’s Tasawuf..? Dikalangan Mahasiswa IAIN Bengkulu 2012

PESAN PENYUSUN: Gunakan literatur ini untuk memperkaya bahasan karya ilmiah/makalah kamu sesuai dengan ketentuan ilmu ilmiah yang berlaku. UNTUK KARYA ILMIAH JANGAN COPAS!

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Mahasiswa adalah kalangan para pemuda yang memiliki pengetahuan dan intelektual yang luas mengenai keadaan disekitarnya. Seorang pemuda memiliki beban yang tertahan dipundaknya sebagai penerus dan pewaris bangsa. Keadaan suatu bangsa dimasa depan akan dapat terlihat dengan keadaan pemuda pada masa sekarang.
Ditangan pemuda dunia akan mengalami banyak perubahan yang sangat besar. Contohnya saja dimasa keotoriteran presiden Soeharto, berkat para pemudalah akhirnya presiden yang menjabat selama 32 tahun lamanya akhirnya lengser. Semua ini tidak lepas dari peran pendidik agama Islam yang sangat menganjurkan penggunaan potensi-potensi didalam diri untuk mengtahui serta mencari kebenaran.
Namun, yang perlu dipikirkan adalah bagaimana mengarahkan semangat juang pemuda pada hal-hal yang positif bukan pada hal yang negatif. Berbagai cara dilakukan baik oleh pemerintah sendiri maupun kelompok masyarakat yang menginginkan potensi yang dimiliki para pemuda dapat disalurkan pada pihak kebenaran.
Usaha-usaha yang sangat terlihat diterapkan pemerintah adalah diadakannya pendidikan yang memberikan berbagai fasilitas untuk mencetak kader-kader bangsa yang bermoral dan dapat mengemban amanah. Tetapi secara nyata telah terbukti bahwa pendidikan moral tidak hanya diberikan dengan berbagai jenis mata pelajaran yang mementingkan kecerdasan intelektual saja. Maka dari itu saat sekarang ini banyak dijumpai para penguasa jabatan yang memiliki otak intelektual cemerlang namun tidak bermoral.
Satuan tingkat pendidikan mulai dibenahi dengan adanya progran pendidikan karakter yang faktanya hanya bisa dilakukan dengan pengajaran mengenai ilmu, praktik dan pemahaman terhadap agama Islam. Universitas IAIN Bengkulu pun ikut mengambil peran pula dalam program tersebut. Berbicara masalah akhlak sebagai sendi utama dalam berprilaku yang dicontohkan Rasulullah saw. maka hal itu tidak akan terlepas dari tasawuf yang menjadi sendi pokok seseorang merasakan hubungan langsung dengan Allah. Pelajaran tasawuf sudah menjadi salah satu mata pelajaran yang harus diselesaikan termasuk pada SKS dalam menempuh pendidikan strata satu (S1). Untuk itu seberapa efektifkah mata kuliah ini diajarkan sehingga berpengaruh pula pada kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ), dan kecerdasan Intelektual (IQ) para mahasisiwa IAIN Bengkulu. Jadi, demikianlah alasan kenapa penulis mengangkat pembahasan makalah dengan judul “What’s Tasawuf? Dikalangan Mahasiswa IAIN Bengkulu”.
B.     Rumusan Masalah
Bagaimanakah pendapat para Mahasiswa IAIN Bengkulu secara umum mengenai tasawuf ?
Apakah pengaruh tasawuf terhadapat kecerdasan EQ, SQ, dan IQ Mahasisiwa IAIN Bengkulu secara umum?
Bagaimakah jenis-jenis kegiatan tasawuf para Mahasisiwa IAIN Bengkulu secara garis besarnya?
C.      Tujuan
Pembahasan makalah dengan judul “What’s Tasawuf? Dikalangan Mahasiswa IAIN Bengkulu” bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana para mahasiswa mengetahui dan memahami tasawuf dalam kehidupan kampus. Selanjutnya memberikan suatu gambaran tentang pengaruh tasawuf terhadap kecerdasan mahasisiwa IAIN Bengkulu serta mengetahui apa sajakah kegiatan-kegiatan tasawuf yang sering kali dilakuakan.












BAB II
WHAT’S TASAWUF ?
DI KALANGAN MAHASISWA IAIN BENGKULU

A.     Pengertian Tasawuf
1.     Pengertian Tasawuf Menurut Para Pakar Ilmu Tasawuf
Banyak sekali pengertian dan arti daripada tasawuf itu sendiri. Diberbagai perguruan tinggi bisa dijumpai para pakar ilmu tasawuf mendefinisikan tasawuf dengan berbagai gaya dan penggambaran. Berikut akan disajikan beberapa definisi pengertian tasawuf meurut para ahli yang telah banyak menggoreskan hasil pemikirannya didalam buku-buku karyanya.
a.       Menurut Dr. Ibrahim Hilal dalam bukunya menyatakan bahwa tasawuf adalah makna menempuh kehidupan zuhud, menghindari gemerlap kehidupan duniawi, rela hidup dalam keprihatinan, melakukan berbagai jenis amalan ibadah, melaparkan diri, mengerjakan shalat malam, dan melantunkan berbagai jenis wirid sampai fisik atau dimensi jasmani seseorang menjadi lemah dan dimensi jiwa atau ruhani menjadi kuat.[1]
Dalam pengertian ini dapat disimpulkan bahwa tasawuf adalah usaha menaklukkan dimensi jasmani manusia agar tunduk kepada dimensi ruhanian (nafs), dengan berbagai cara, sambil bergerak menuju kesempurnaan akhlak seperti yang dinyatakan kaum sufi, dan meraih pengetahuan  atau makrifah (ma’rifah) tentang Dzat illahi da kesempurnaan-Nya.[2] Menurut kaum sufi, proses ini disebut sebagai “mengetahui hakikat” (ma’rifah al-haqiqah).[3]
b.      Pengertian Tasawuf menurut Dr. Martin Lings yang terdapat dalam bukunya tidak disebutkan secara jelas. Namun dapat digambarkan sebagai berikut bahwa Tasawuf merupakan serangkaian Wahyu “mengalir” laksana sebuah gelombang pasang besar dari samudera Kemahaluasan menuju pantai-pantai dunia terbatas kita. Dan tasawuf adalah panggilan, disiplin serta ilmu tentang penyelaman kedalam gerak surut salah satu gelombang ini dan tentang penghanyutan  kembali bersamanya menuju sumbernya yang Mahaluas lagi Abadi.[4]
c.       Asy-Syekh Muhammad Amin Al-kurdy mengetakan:[5] Tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahuai hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkannya dari (sifat-sifat) yang buruk dan mengisinya dengan sifat-sifat terpuji, cara melakukan suluk, melangkah menuju (keridhaan) Allah dan meninggalkan (larangan-Nya) menuju kepada (perintah-Nya).
d.      As- Suhrawardy mengemukakan pendapat Ma’ruf Al-Karakhy yang mengatakan: Tasawuf adalah hakikat dan meninggalkan sesuatu yang ada ditangan makhluk (kesenangan duniawi).[6]
Kata sufisme digunakan untuk mendevinisikan seperangkat praktik, suatu ideal, dan ilmu keislaman. Kata ini digunakan sebagai padanan tasawuf, yang secara harfiah bermakna “memakai wol” (kain woll, shuf, yakni bahan pakaian para kaum zahid Islam dan Kristen). Sufisme juga lebih umum bermakna “kepercayaan dan doktrin kaum sufi”. Sedagkan nama sufi sendiri walaupun diturunkan dari nama kain wol, ada kemungkinan pula merujuk pada istilah Yunani sophos yang artinya “bijaksana”.[7]

2.     Pengertian Tasawuf Menurut Para Mahasisiwa IAIN Bengkulu
Pengertian dari tasawuf dapat diungkapkan oleh siapa saja. Namun tentu mempunyai standar dan garis tertentu sehingga pendapatnya dapat diterima dalam suatu kajian ilmiah atau non-ilmiah. Salah satu kriterianya adalah seseorang tersebut telah mengikuti kajian ilmu tasawuf baik secara formal seperti pada bangku perkuliahan ataupun secara otodidak dengan tujuan menambah pengetahuan. Berikut pendapat-penadapat dari beberapa Mahasiswa IAIN Bengkulu hasil dari data angket kuesioner sepuluh orang mahasiswa.
a.       Rafikudin, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), semester III, NIM: 2103216528, IPK: 3,67. Berpendapat bahwa Tasawuf adalah suatu usaha untuk membersihkan jiwa dan hati dari segala penyakit hati guna untuk mencapai hubungan baik dengan Allah atau merasakan hadirnya Allah.
b.      Didik Setiawan, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah (PGMI), Semester III, NIM: 2103246731, IPK: 3,67. Berpendapat bahwa tasawuf adalah suatu upaya mendekatkan diri kepada Allah.
c.       Zakaria, Jurusan Tarbiyah, Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), semester VII, NIM. 2083214993, IPK: 3,44. Menurutnya tasawuf adalah ilmu tentang pendalaman agama Islam.
d.      M. Nurul Huda, Jurusan Tarbiyah, Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), semester III, NIM: 2103216504, IPK: 3,86. Menurutnya bahwa tasawuf adalah mendekatkan diri kepada Allah (Tasawuf Modern).
e.       Ficky Pramana, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), semester III, NIM: 2103216476, IPK:  3,40. Berpendapat bahwa tasawuf adalah beribadah kepada Allah dengan lebih mengingat akhirat daripada mengingat dunia, hidup zuhud.
f.        Hitamin, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), semester III, NIM: 2103216481 . Menurutnya Tasawuf adalah pendekatan batin dari seorang sufi untuk mencapai kedekatan dengan Allah, dan mereka tidak mementingkan kehidupan dunia. Dan intinya mereka tidak mau terikat kepada dunia. Dan tasawuf itu juga disebut ilmu yang mengajarkan tentang sufi dan mengajarkan tahap-tahap untuk menjadi sufi dengan melewati maqamat dan akhwal.
g.       Yusdilena, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), semester III, NIM: 2103216583, IPK: 3,50. Menurutnya tasawuf adalah mendekat diri kepada Allah dengan cara ber-tazkiyat an-nafs.
h.      Sherli Utami, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), semester III, NIM: 2103216547, IPK: . Menurutnya tasawuf adalah ilmu yang mempelajari dan mencari cara untuk mendekatkan diri terhadap Allah swt. dan mengajarkan dan menganalisis diri untuk menjadi kepribadian Islam yang bertaqwa.
i.         Usman Romadhoni, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), semester III, NIM: 2103216449, IPK: , berpendapat bahwa tasawuf adalah metode tersendiri kalangan sufi dalam mendekatkan diri kepada Allah. Tetapi tidak semuanya dapat dipahami dimasa ini, karena tidak semua muslim bertasawuf.
j.         Arman Syaputra, Jurusan Tarbiyah, prodi Pendidikan Agama Islam (PAI), semester III, NIM: 2103216437, IPK: 3,50. Mengatakan bahwa tasawuf adalah cara mendekatkan diri kepada Allah yang pola kehidupan yang zuhud dan sederhana dalam segala bidang serta tidak terlalu tamak dengan dunia.
Berbagai pendapat mengenai pengertian tasawuf sangatlah beragam yang dikemukakan oleh sepuluh orang Mahasiswa diatas. Ini menunjukkan bahwa mereka memang mempunyai pengetahuan mengenai tasawuf yang berbeda-beda pula. Setiap orang mempunyai daya tangkap dan serap tertentu dalam menerima suatu stimulus. Seperti halnya tentang suatu mata kuliah yang dibawakan oleh seorang dosen, maka jika dosen tersebut memberikan post-tes kepada para mahasiswanya setelah menerima materi yang disampaikannya maka akan didapat beberapa  hasil respon jawaban yang beragam pula.
Jika disimpulkan dari pendapat sepuluh orang mahasiswa diatas bahwa mereka sudah layak diberikan suatu apresiasi yang tinggi dikarenakan pendapat-pendapat mereka yang mengungkapkan pengertian tasawuf sudah dapat memberikan suatu gambaran secara singkat tentang arti daripada tasawuf itu sendiri.

3.     Perbandingan Pengertian Tasawuf Oleh Para Pakar dan Mahasisiwa IAIN Bengkulu.
Pada awalnya para ahli yang dipercaya sebagai seseorang pakar dalam suatu disiplin ilmu pengetahuan merupakan ia yang pernah juga mengenyam pendidikan formal juga baik ditingkat perguruan tinggi maupun kejuruan yang membidangi penelitian pengetahuan tertentu. Mereka juga berawal dari titik nol dalam memulainya, namun dengan berbagai usaha yang gigih dan sungguh-sungguh akhirnya mereka dipercaya sebagai seorang tokoh yang dihargai disetiap pendapat-pendapatnya.
setiap orang mempunyai peluang dan hak yang sama dalam mencapai suatu kesuksesan dibidangnya masing-masing. Para pakar tasawuf seperti Dr. Ibrahim Hilal dan Dr. Martin Lings mengungkapkan pendapatnya tentang pengertian tasawuf dengan detail dan terperinci. Hal ini dikarenakan pengalaman dan pendidikan yang tidak sedikit dalam usaha menekuni ilmu pengetahuan sehingga mampu menggambarkan suatu hal dengan ringkas, jelas dan terperinci.
Namun, para Mahasiswa IAIN Bengkulu pun tidak kalah saing dalam memberikan pendapatnya mengenai tasawuf. Dapat dilihat dari beberapa pendapat mereka, contohnya saja yang disampaikan oleh Ficky Pramana, Hitamin, Usman Romadhoni, Arman Syaputra dan Rafickudin mempunyai kesamaan yang tersirat yang kesemuanya memberikan pengertian bahwa tasawuf adalah suatu jalan mendekatkan diri kepada Allah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh demi mendapatkan kelezatan beribadah dengan cara menempuh berbagai pelatihan (riyadoh) fisik dan mental/ruhiyah melewati beberapa tingkatan yang disebut ­maqamat dan ikhwal.
Dengan demikian para Mahasiswa tersebut telah mempraktikkan dan mengamalkan penggunaan potensi akal untuk berfikir dan menelaah pada permasalahan ini sesuai firman Allah pada surat Al An’am: 32,
$tBur äo4quysø9$# !$uŠ÷R$!$# žwÎ) Ò=Ïès9 ×qôgs9ur ( â#¤$#s9ur äotÅzFy$# ׎öyz tûïÏ%©#Ïj9 tbqà)­Gtƒ 3 Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÌËÈ  
Artinya: dan Tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?
Hal ini sudah terbukti secara ilmiah dan logis. Dalam ajaran Psikologi di ajarkan bagaimana cara mengoptimalkan akal pikiran manusia, sehingga manusia mampu menggunakan Hipnosis, Telephati dan sebagainya, hal itu bisa terjadi karena akal pikiran kita sudah bertemu dan berkomunikasi dengan ruh dan jasad kita. Kesadaran beragama pun merupakan salah satu hasil dari pengoptimalan akal pikiran. Maka manusia sering disebut juga dengan homoreligious (makhluk beragama).[8]

B.     Corak Dan Bentuk Kegiatan Tasawuf Mahasiswa IAIN Bengkulu
Kegiatan yang merupakan suatu hal sering dilakukan dan dapat memberikan wawasan dan ilmu yang tidak sedikit adalah adanya kemauan mahasiswa mengadakan dan mengikuti seminar-seminar tentang kajian Islam. Dengan demikian akan memeberikan sebuah pelatihan dan keunggulan tersendiri dibandingkan dengan mahasiswa yang hanya berkegiatan kuliah saja disetiap harinya. Perbedaan yang mencolok adalah pada pengetahuan dan kecakapan dalam pembahasan masalah keagamaan Islam, sejarah Islam, keadaan umat saat ini dan lain sebagainya.
Kesemuanya itu sangat berhubungan dengan tingkat kecerdasan emosional (EQ), kecerdasan spiritual (SQ) dan kecerdasan Intelektual (IQ).
a.      Kecerdasan Emosional Mahasisiwa IAIN Bengkulu dalam Persepektif Tasawuf
Kecerdasan emosional, menurut Daniel Goleman, adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.[9]
Di dalam bukunya, Sudirman Tebba menjelaskan bahwa kecerdasan emosional mencakup:
1.      Kesadaran diri,
2.      Pengaturan diri,
3.      Motivasi,
4.      Empati,
5.      Keterampilan sosial.[10]
Kesadaran diri berarti mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memamdu pengambiulan keputusan diri sendiri, memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri sendiri dan kepercayaan diri yang kuat.
Hal diatas dapat dilihat dari hasil pengisian data kuesioner dari sepuluh orang yang dipandang berprestasi baik dalam segi EQ, SQ, dan IQ; pada pertanyaan bagian no. 3 dan 4.
Bentuk pertanyaan adalah: “3. Saat shalat saya merasakan adanya hubungan batin dengan Allah (kusyu’).
Dari pertanyaan diatas disediakan opsi pilihan jawaban yaitu selalu- sering- pernah dan tidak pernah, terdapat beberapa hasil dari data angket kuesioner yang diajukan kepada 10 orang Mahasiswa IAIN Bengkulu:
2 orang Mahasiswa menjawab Selalu;
4 orang Mahasisiwa menjawab pernah;
2 Orang Mahasiswa menjawab sering; dan
1 orang Mahasisiwa menjawab tidak pernah;
Hasil diatas merupakan hasil penelitian yang dilakukan kepada Mahasiswa-mahasiswa yang mempunyai prestasi cukup baik dalam segi IQ, EQ, ataupun SQ. Sehingga ini dapat menjadi sebuah tolak ukur bagi keadaan mahasiswa IAIN Bengkulu secara umum dan garis besar. Namun hasil ini tidaklah secara mutlak menggambarkan tentang keadaan yang sebenarnya diakarenakan berbagai faktor dan latarbelakang yang mempengaruhinya.
Jika dibandingkan, ternyata jumlah mahasiswa yang kusyu’ hanya terdapat 2 orang saja. Kemudian yang menjawab sering hanya terdapat 2 orang saja. Dan yang 4 orang menjawab pernah dan 1 orang bahkan menjawab tidak pernah merasakan adanya hubungan dengan Allah saat ia shalat.
Berbagai hal yang menjadi sebab akan hal ini sangatlah beragam sehingga membuat hasil yang berbeda-beda juga pada setiap jawaban. Kemungkinan ada beberapa mahasiswa yang dalam kehidupannya baik lingkungan keluarga maupun lingkungan dikediaman ia tinggal sangat mendukung tentang adanya upaya pendidikan keagamaan sehingga berakibat pula pada kekusyu’kan dalam beribadah shalat. Namun bisa saja sebaliknya, bahwa terdapat individu yang berasal dari lingkungan keluarga dan tempat tinggal yag kurang mendukung masalah pendidikan agama bahkan mungkin terdapat banyak gagguan dan pada akhirnya berakibat pada keadaan ibadah yang kurang kusyu’.
Namun di dalam Al-Quran jelas dikatakan bahwa Allah berfirman:
ôs% yxn=øùr& tbqãZÏB÷sßJø9$# ÇÊÈ   tûïÏ%©!$# öNèd Îû öNÍkÍEŸx|¹ tbqãèϱ»yz ÇËÈ  
Artinya:
1.Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, (QS. Al-Mukminun: 1-2)
Pada ayat diatas sangatlah jelas bahwa Allah memberikan pernyataan bahwa orang-orang yang bisa dan mampu khusyu’ dalam shalat merupakan termasuk pada golongan orang-orang yang beruntung. Demikian indah Allah menciptakan iman Islam yang sekarang dapat dirasakan oleh orang-orang beriman. Banyak sekali dijumpai beberapa masalah yang kadang tidak ingin dibahas dikarenakan hal demikian. Terkadang dikarenakan ada rasa malu bahwa dirinya belum bisa shalat secara khusyu’.

b.      Kecerdasan Spiritual Mahasisiwa IAIN Bengkulu dalam Persepektif Tasawuf
Kecerdasan spiritual, menurut Marsha Sinetar, adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, dan efektivitas yang erinspirasi, ­the is-ness atau penghayatan ketuhanan yang didalamnya kita semua menjadi bagian.[11]
Menurut Jalaludin Rakhmat, ciri atau karakteristik kecerdasan spiritual ialah:[12]
1.      Mengenal motif kita yang paling dalam
2.      Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi
3.      Bersikap reponsif pada diri yang dalam
4.      Dapat memanfaatkan dn mentransendenkan kesulitan atau peneritaan
5.       Sanggup berdiri menentang dan berbeda dengan orang banyak
6.      Enggan mengganggu atau menyakiti
7.      Memperlakukan agama secara cerdas
8.      Memperlakukan kematian secara cerdas
Dari sekian banyak ciri-ciri diatas, maka yang mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan mahasisiwa IAIN Bengkulu hanya dibahas beberapa saja mengingat kendala dan susahnya dalam pencarian sumber secara mendetail mengenai kegiatan tasawuf.
Pada tingkat kesadaran yang tinggi disebut self awareness. Maksudnya kalau dia memiliki tingkat kesadaran berarti dia mengenal dirinya dengan baik, dan selalu ada upaya untuk menganl dirinya lebih dalam. Jasi, orang yang tingkat kecerdasan spiritualnya  tinggi adalah orang yang mengenal dirinya dengan baik.
Hal diatas dapat dilihat dari hasil data angket yang diajukan kepada sepuluh orang Mahasisiwa. Hasilnya pada bagian shalat, dua dari sepuluh orang mengaku ketika melaksanakanshalat selalu mendapatkan hubungan dengan Allah atau bisa dikatakan shalat dengan khusu’. Selanjutnya delapan orang lainnya mengaku sering dan satu orang mengatakan tidak pernah sama sekali.
Disini bukanlah yang dilihat dari hasil diatas bukan pada bagaimana kualiatas dari shalat mereka, namun bagaiamana mereka bisa bersikap jujur dalam mengisi pertanyaan dalam lembar angket yang diajukan. Dengan demikian berarti mereka telah mengakui dan dapat mengenal dirinya dengan baik. Apa yang terjadi diddalam dirinya secara jujur disampaikan dengan apa adanya.
Tasawuf sendiri terbagi menjadi dua bagian: pertama tasawuf islam yang mementingkan sikap hidup yag tekun beribadah serta mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadis, kedua tasawuf murni atau mistisme yang menekankan pada pengetahuan hakiki tentag Tuhan.[13]
Maka pada tahapan memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mahasisiwa IAIN Bengkulu telah layak mendapatkan suatu apresiasi dari keberaniannya dalam memebrikan data yang sesuai dengan keadaan dirinya yang sebenarnya. Sebab bila dilihat dri persepektif sufistik ciri-ciri kecerdasan spiritual itu juga terdapat dalam tasawuf. Misalanya motif yang dalam, kesadaran yang tinggi dan sikap responsif terhadapa diri menurut tasawuf dapat diwujudkan dnegan berbagai cara, seperti tafakkur (perenungan) dan uzlah (mengesingkan diri dari masyarakat yang  banyak melakukan kemaksiatan).[14]
Didalam ber’uzlah, mahasisiwa IAIN tidaklah sampai mengasingkan dirinya terlalu dalam. Namun dapat digambarkan pada penelitian dengan bagian pernyataan kegiatan-kegiatan yang sering mereka lakukan. Contohnya yaitu shalat zhuhur berjamaah dimasjid Al-Faruq IAIN Bengkulu. Kenapa disini hanya dibahas pada shalat zhuhur saja? Dikarenakan para mahasiswa pada umumnya belajar dari jam 08.00 wib sampai waktu-waktu siang (sekitar 13.45 wib). Maka ketika semua mata kuliah pada hari tersebut selesai, maka hanya beberapa mahasiswa yang terlihat menyempatkan diri untuk shalat berjamaah dimasjid.
Dibandingkan dengan seluruh mahasiswa yang ketika mata kuliah telah selesai atau waktu pulang telah tiba, sangat sedikit sekali yang mempunyai kemauan untuk meluangkan waktunya menuju masjid. Dari sampel data yang diperoleh 9 dari 10 orang memang shalat zuhur berjamaah dimasjid Al-Faruq. Namun perlu diketahuai bahwa pengabilan sampel tersebut memang disengaja pada mahasiswa-mahasiswa yang gemar mampir ke masjid ketika study telah selesai. Alasan tersebut dikarenakan akan lebih efektif jawaban yang diberikan ketika mereka memang memiliki ketergantungan pada masjid. Hal ini terbukti dengan adanya salah satu mahasiswa yang sangat jarang terlihat shalat zhuhur berjamaah dimasjid al-Faruq bahkan sering terlihat hanya lewat saja kemudian langsung pulang, ketika mengisi lembar angket pada bagian ke-2 ia jawab dengan pilihan  “Ya” pada pernyataan “saat dikampus, saya suka shalat zhuhur berjamaah dimasjid al-Faruq IAIN Bengkulu”.
Hal demikian berarti sebuah kebohongan yang seharusnya tidaklah ia nampakkan. Tetapi Allah memberikan suatu pertolongan bagi penulis bahwa memang orang-orang tidak memiliki ketergantungan hatinya denga masjid susuah untuk memeberikan jawaban yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Padahal jelas, Allah melarang hamba-hambanya mengatakan sesuatu yang dusta dan tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Larangan ini dapat dilihat pada surat Ash Shaff: 2-3
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä zNÏ9 šcqä9qà)s? $tB Ÿw tbqè=yèøÿs? ÇËÈ   uŽã9Ÿ2 $ºFø)tB yYÏã «!$# br& (#qä9qà)s? $tB Ÿw šcqè=yèøÿs? ÇÌÈ     
Artinya:
2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? 3. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.(Ash Shaff: 2-3).
Sangat jelas dan terang sekali larangan berdusta, bahkan Allah sangat membenci perbuatan tersebut. Maka yang sebenarnya harsu dilakukan adalah bertaubat dari berbagai unsur-unsur kedustaan yang ada pada diri seorang muslim.
Banyak dalil-dalil yang menunjukkan bahwa shalat berjamaah lebih utama dan sangat dianjurkan terutama untuk kaum para lelaki Muslim.
·         Dari Abi Musa ra berkata bahwa Rasulullah SAw bersabda, Sesungguhnya orang yang mendapatkan ganjaran paling besar adalah orang yang paling jauh berjalannya. Orang yang menunggu shalat jamaah bersama imamlebih besar pahalanya dari orang yang shalat sendirian kemudian tidur.
·         Dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya shalat yang paling berat buat orang munafik adalah shalat Isya dan Shubuh. Seandainya mereka tahu apa yang akan mereka dapat dari kedua shalat itu, pastilah mereka akan mendatanginya meski dengan merangkak. Sungguh aku punya keinginan untuk memerintahkan shalat dan didirikan, lalu aku memerintahkan satu orang untuk jadi imam. Kemudian pergi bersamaku dengan beberapa orang membawa seikat kayu bakar menuju ke suatu kaum yang tidak ikut menghadiri shalat dan aku bakar rumah-rumah mereka dengan api. .
·         Dari Abi Hurairah ra. berkata bahwa Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang buta dan berkata, Ya Rasulullah, tidak ada orang yang menuntunku ke masjid. Rasulullah SAW berkata untuk memberikan keringanan untuknya. Ketika sudah berlalu, Rasulullah SAW memanggilnya dan bertanya, Apakah kamu dengar azan shalat? Ya, jawabnya. Datangilah, kata Rasulullah SAW.
Pada kenyataanya, lebih banyaklah mahasisiwa yang lebih memilih untuk melanjutkan urusannya, mungkin langsung pulag dan shalat dirumah daripada menyempatkan waktunya untuk shalat berjamaah meramaikan dan menghidupkan masjid Al-Faruq IAIN Bengkulu. Hal ini sangat disayangkan bila dilihat dari lembaga pendidikan sendiri yang berbasis Islami.   

c.       Kecerdasan Intelektual Mahasisiwa IAIN Bengkulu dalam Persepektif Tasawuf
Intelektual atau bisa disebut juga intelegensi, menurut banyak ahli bila dihubungkan dengan keberhasilan seseorang bahwa intelgensi merupakan potensi bawaan yang sering dikaitkan dengan berhasil atau tidaknya anak/mahasiswa belajar di sekolah (atau lembaga pendidikan lain). Dengan kata lain, intelegensi dianggap faktor yang menentukan berhasil tidaknya  anak/mahasiswa di sekolah.[15]
Intelgensi sangat berhubungan dengan pengetahuan dan penggunaan akal. Kalangan ulama Sufi berhasil membangaun metode baru dalam mengkaji seputar akal yang didasarkan pada orientasi secara langsung pada keaktifan akal. Atau, dengan makna lain, diorientasiakan secara langsung keapada fenomena-fenomena ‘aqliyah, bukan pada akal itu sendiri.[16]
Beberapa kegiatan yang sering dilakuakan oleh para mahasisiwa IAIN Bengkulu dalam mempertajam dan memperkaya ilmu pengetahuan serta pengoptimalan peran akal dalam kehidupan sehari-hari dikampus antara lain:



1.     Diskusi/Bermusyawarah Mengenai Permasalahan Umat Islam di kelas.
Mendiskusikan segala permasalahan terutama mengenai keadaan uamat Islam akan memberikan pengetahuan dan wawasan yang akan memberikan bekal dalam menghadapi masa depan.
Didalam diskusi akan didapata berbagai pendapat dan opini sehingga seorang mahasiswa dapat memilih dan memilah pendapat mana yang akan menjadi salah satu keputusan yang akan disetujui bersama.
Allah berfirman dalam hal diskusi atau musyawarah ini:
$yJÎ6sù 7pyJômu z`ÏiB «!$# |MZÏ9 öNßgs9 ( öqs9ur |MYä. $ˆàsù xáÎ=xî É=ù=s)ø9$# (#qÒxÿR]w ô`ÏB y7Ï9öqym ( ß#ôã$$sù öNåk÷]tã öÏÿøótGó$#ur öNçlm; öNèdöÍr$x©ur Îû ͐öDF{$# ( #sŒÎ*sù |MøBztã ö@©.uqtGsù n?tã «!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tû,Î#Ïj.uqtGßJø9$# ÇÊÎÒÈ  
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Ali Imron: 159)
Dalam ayat ini disebutkan sebagai fa’fu anhum (maafkan mereka). Maaf secara harfiah, bearti “menghapus”. Memaafkan adalah menghapuskan bekas luka dihati akibat perilaku pihak lain yang tidak wajar. Ini perlu, karena tiada musyawarah tanpa pihak lain, sedangkan kecerahan pikiran hanya hadir bersamaan dengan sinarnya kekeruhan hati.
Disisi lain, orang yang bermusyawarah harus menyiapkan mental untuk selalu memberi maaf. Karena mungkin saja ketika bermusyawarah terjadi perbedaan pendapat, atau keluar kalimat-kalimat yang menyinggung perasaan orang lain. Dan bila hal-hal itu masuk kedalam hati, akan mengeruh pikiran, bahkan boleh jadi akan mengubah musyawarah menjadi pertengkaran. Itulah kandungan pesan fa’fu anhum.
2.     Bersilahturahim
Dari data angket yang telah dihimpun, semua orang telah menyatakan bahwa mereka sering bersilahturahmi. Karena silahturahmi adalah salah satu cara untuk menguatkan jalinan ukhuwah antar sesama pribadi muslim.
3.     Menghafal Al-Quran dan Hadits
Menghafal al-Quran dan Hadis merupakan kegiatan yang sudah biasa dilakukan oelh para mahasisiwa IAIN Bengkulu. Secara akademikpun telah diasupkan pada jadwal tertentu pada mata kuliah.
Beberapa mata kuliah yang mewajibkan adanya menghafal Al-Quran dan Hadist yang dijalani oleh Mahasisiwa jurusan PAI semester III yaitu: Materi Pendidikan Agama Islam, Hadis, Tafsir Al-Quran dan beberapa mata kuliah lainnya.
Ini akan memberikan suatu pengetahuan yang yang harus dimiliki seorang lulusan yang akan menjadi ikon pendidik agama Islam di dalam masyarakat, menjadi panuatan dan contoh.
4.     Bertekad atau cita-cita “Hidup Mulia Atau Mati Syahid”
Selama ini kita sering mendengar dari ulama2 yang menjelaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada ALLAH sebagaimana ayat QS 51:56 menjelaskan.“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku”.
Beribadah kepada ALLAH bukanlah menyembah ALLAH saja, bukan menjalankan rukun islam yang lima saja, dan berbuat kebajikan saja, tetapi maknanya jauh dari itu
Kalau diartikan seperti diatas ini,maka kita lihat hasilnya adalah masarakat yang tidak produktif alias miskin. Sangat menyedihkan bukan? Beribadah kepada ALLAH SWT artinya mengabdi atau bekerja untuk ALLAH dengan sungguh2.
Semua peraturan2 ALLAH itu tertulis dalam kitab2 sucinya; Taurat,injil dan AL Quran. Al Quran adalah buku pedoman hidup manusia yang terakir, dan sempurna.
Jadi ada dua macam; satu tujuan hidup, dan kedua adalah tugas hidup; Inilah tugas hidup manusia seperti ALLAH mengatakan sebagai berikuti; “Dialah yang telah menciptakan kamu dari bumi (tanah), dan menjadikan kamu pemakmurnya. (QS.11:61). (menghuni dan mengolah hasil bumi untuk kemakmuran umat manusia, kalau mengingkari perintah ALLAH ini, hidup manusia seperti manusia di hutan2 sama dengan kehidupan bintang.
Jadi, demikian pentingnya beribadah kepada Allah dengan sungguh-sungguh. Manusia diwajibkan untuk bekerja dan berusaha agar didapatkan kehidupan yang tercukupi dan sejahtera. Namun disisi lain juga manusia harus bisa menyeimbangkan antara kebutuhan dunia dan akhirat.
Mahasiswa IAIN Bengkulu tak sedikit yang biaya hidupya sudah tidak ditanggung oleh orangtua lagi. Mereka banyak menekuni beberapa pekerjaan yang bisa menjamin biaya hidup dan kuliah. Mulai dari bekerja sebagai karyawan wirasuasta disela-sela waktu kuliah, berjualan kebutuhan mahasiswa seperti buku, flashdisk, hingga membuka jasa pengetikan tugas-tugas makalah. Semua ini mereka jalani dengan suka dan duka demi melanjutkan kuliah dan kemandirian yang sudah dimulai.





















BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Penguraian dan pembahasan makalah dengan judul “What’s Tasawuf? Dikalangan Mahasiswa IAIN Bengkulu” mendapati beberapa kesimpulan yang menjadi inti pokok pembahasan. Pendapat para Mahasiswa IAIN Bengkulu secara umum mengenai pengertian tasawuf adalah suatu jalan mendekatkan diri kepada Allah yang dilakukan dengan sungguh-sungguh demi mendapatkan kelezatan beribadah dengan cara menempuh berbagai pelatihan (riyadoh) fisik dan mental/ruhiyah serta melewati beberapa tingkatan yang disebut ­maqamat dan ikhwal.
Pengaruh tasawuf terhadap kecerdasan EQ, SQ, dan IQ Mahasisiwa IAIN Bengkulu secara umum yaitu terlihat dari hasil angket kuesioner yang menunjukkan tentang kualitas beribadah serta kegiatan-kegiatan yang menunjang pengetahuan dan iman para mahasiswa sehingga bisa menjadi bekal masa depan.
Adapun jenis-jenis kegiatan tasawuf para Mahasisiwa IAIN Bengkulu secara garis besar antara lain;
1.      Shalat zhuhur berjamaah dimasjid al-Faruq.
2.      Mengadakan atau mengikuti seminar tentang dakwah Islam.
3.      Diskusi/ musyawarah mengenai permasalahan umat di kelas.
4.      Bersilahturahmi
5.      Menghafal Al-Quran dan Hadis
6.      Bertekad “Hidup Mulia, atau Mati Syahid

B.     Kritik dan Saran
Dalam berusaha melengkapi makalah ini, tentu ada sesuatu yang kurang dan kami sebagai penulis baik dari pembahasan ataupun dari segi tulisan menyadari akan hal demikian. Maka dari itu kami akan berusaha lebih baik dengan selalu mengedapankan sumber-sumber yang lebih layak sebagai reverensi.
Kami sangatlah mengharapkan masukan baik berupa kritik ataupun saran sehingga dapat menjadi sebuah instropeksi dari karya kami juga sebagai semangat dan landasan baru untuk terus berinovasi dalam berkarya.
“Tiada ada yang sempurna, bila ketidak sempurnaan tak pernah ditemui dan disadari.”
Walaupun demikian, kami sangat berharap karya ini dapat menjadi salah satu acuan dalam pembelajaran terutama sebagai reverensi untuk dalam mata kuliah Tasawuf.

























DAFTAR PUSTAKA

Hilal, Ibarahim, Tasawuf Antara Agama dan Filsafat, Pustaka Hidayah, Bandung, 2002.
Lings, Martin, What is Sufism? Membedah Tasawuf” Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta 1987.
Muhammad Amin Al-Kurdy, Tanwirul Qulub Fi-Mu’aamalah ‘Alaamil Ghuyuub, Bungkul Indah, Surabaya, tt.hal.
Mustofa, H. A., Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, 2010.
Arifin, Syamsul, Psikologi Agama, Pustaka Setia, Bandung, 2008.
Tebba, Sudirman, Tasawuf Positif, Kencana, Bogor, 2003.
M. Nuh, Nuhrison, Aliran/Faham Keagamaan dan Sufisme Perkotaan, Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Jakarta, 2009.
Djamarah, Syaiful bahri, Psikologi Belajar Edisi 2,  Rineka Cipta, Jakarta, 2008.
Baldick, Julian, Islam Mistik Mengantar Anda kedunia Tasawuf,  Serambi Ilmu Semesta,  Jakarta, 2002.
asy-Syarqawi, Muhammad Abdullah, Sufisme dan Akal,  Pustaka Hidayat, Bandung, 2003.





[1] ) Hilal, Ibarahim, Tasawuf Antara Agama dan Filsafat, Pustaka Hidayah, Bandung, 2002., hlm. 19
[2] ) Ibid., hlm. 19
[3] ) Ibid., hlm. 20
[4] ) Lings, Martin, What is Sufism? Membedah Tasawuf” Pedoman Ilmu Jaya, Jakarta 1987., hlm. 1
[5] ) Muhammad Amin Al-Kurdy, Tanwirul Qulub Fi-Mu’aamalah ‘Alaamil Ghuyuub, Bungkul Indah, Surabaya, tt.hal.
[6] ) Mustofa, H. A., Akhlak Tasawuf, Pustaka Setia, Bandung, 2010, hlm. 204-205
[7] ) Baldick, Julian, Islam Mistik Mengantar Anda kedunia Tasawuf,  Serambi Ilmu Semesta,  Jakarta, 2002., hlm. 11
[8] ) Arifin, Syamsul, Psikologi Agama, Pustaka Setia, Bandung, 2008, hlm. 83
[9]) Tebba, Sudirman, Tasawuf Positif, Kencana, Bogor, 2003. Hlm. 11
[10] ) ibid,. Hlm. 11
[11] ) Ibid,. Hlm. 19.
[12] ) Ibid,. Hlm. 20.
[13] ) M. Nuh, Nuhrison, Aliran/Faham Keagamaan dan Sufisme Perkotaan, Puslitbang Kehidupan Keagamaan, Jakarta, 2009, hlm. xi
[14] ) Op.cit, Tebba, Sudirman, Tasawuf Positif,. hlm. 23
[15] ) Djamarah, Syaiful bahri, Psikologi Belajar Edisi 2,  Rineka Cipta, Jakarta, 2008,. Hlm. 135
[16] ) asy-Syarqawi, Muhammad Abdullah, Sufisme dan Akal,  Pustaka Hidayat, Bandung, 2003., hlm. 151

Tidak ada komentar:

Posting Komentar